Filosofi Hacker


Hacking pada dasarnya adalah semangat. Hacking akan mengajarkan kita bagaimana dunia ini bekerja dan bagaimana kita menyikapinya. Bahkan terkadang kita harus mengalahkannya. Dan esensi dari hacking adalah mengatasi semua keterbatasan.

"Anonymous" - salah satu organisasi Hacker yang paling mendunia.
Hacking berkembang dalam lingkungan psikologi dan intelektual tertentu, bukan berarti untuk menjadi hacker haruslah jenius, tapi dengan mempelajari hacking kita akan belajar untuk menjadi jenius. Dalam hal ini jenius berarti kemampuan untuk melihat hakikat. Orang jenius bukanlah orang selalu mendapat rangking/juara bukan pula orang yang dapat menjawab semua pertanyaan guru.

Pada dasarnya pertanyaan guru atau latihan disekolah adalah sesuatu yang bisa dihafal, bisa dipelajari dengan buku (tekstual), tapi dengan begitu kita berhenti untuk berfikir. Dalam geometri euclid kita mengenal jarak terdekat dari dua titik adalah garis lurus, dan jumlah sudut dalam segitiga adalah 180 derjad. Tapi apakah kita berada dalam ruang yang datar ?, apakah ruang hanya seiris semesta ?. Euclid gagal menjelaskan itu semua. Jarak antara GreenWich dengan Los Angels seharusnya lebih jauh dari apa yang telah diprediksikan. Karena kita melalui ruang yang melengkung. Dan pada ruang lengkung jumlah sudut-sudut segitiga LEBIH dari 180 derjad. Berfikir dan melihat dengan cara berbeda itulah yang dikatakan jenius. Kembali kepada lingkungan hacking. Lingkungan hacker didominasi oleh orang-orang yang mencoba melihat dengan cara yang unik dan dengan begitu mereka mencoba untuk mengatasi keterbatasan.

Dalam dunia psikologi, - tidak semuanya - sebagian hacker memiliki beberapa masalah psikologi. Bukanlah hal yang mudah untuk hidup secara 'geek'. Hacker memiliki cara pandang dan pola hidup yang sedikit menyimpang dari kebanyakan. Hal ini meyebabkan hacker berbeda dan 'glow in the dark'.
Budaya kebanyakan atau 'mainstream' bukanlah sebuah budaya obyektif dan dapat diterima oleh hacker. Mainstream telah tertidur dan melupakan berbagai masalah yang seharusnya dipecahkan, setidak-tidaknya sebagai kebutuhan berfikir.

Mainstream dengan sifat 'kebanyakannya' telah menciptakan nilai-nilai subyektif yang tidak obyektif kebenarannya, bahkan malah masyarakatlah yang menciptakan 'standar kebenaran'. Sedangkan hacker begitu menghargai liberalisme dan kebebasan berfikir dan menghargai mengapa seseorang melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Hacker menyadari bahwa hidup tidak selalu ideal dan prinsip 'ceteris peribus' tidak dapat diterapkan begitu saja. Hacker-hacker remaja atau 'proto-hacker' merupakan korban dari mainstream.

Dalam dunia hacker-hacker remaja, mereka berfikir jauh melompati masyarakat disekeliling-nya. Dalam segi teknik-pun mereka lebih kreatif dan mampu mengembangkan kemampuan berfikirnya. Sebut saja 'phiber optik', 'bloodaxe', 'CB', merupakan remaja-remaja unggul dan sekumpulan jenius yang terbuang. Dalam dunia hacking, hacker berkomunikasi secara digital. Irc, Messengger, Mailing-List dan Short Message System merupakan sarana komunikasi yang paling sering dipergunakan. Dan dalam komunitas mereka seperti saudara.

Hacker akan merasakan kebahagiaan berada dilingkungan dimana ia DIHARGAI dan mendapat tempat. Komunitas bermula dari sekelompok anak muda - dan beberapa didirikan oleh 31337 -. Dalam komunitas terdapat semangat saling membangun dan bertukar informasi. Tidak jarang diantara komunitas mereka membahas masalah pribadi, kedekatan secara emosional membentuk sebuah rasa persaudaraan yang kuat.

Tidaklah mengherankan begitu banyak pendukung yang berasal dari kalangan hacker berdemonstrasi menuntut kebebasan 'Kevin Mitnick'. Berbagai situs hacking, sebut saja 2600.com menempatkan logo "FREE KEVIN" dalam situsnya dan aktivis hacking dengan bangga mengenakan t-shirt "FREE K". Masing-masing komunitas hacker memiliki keunikan tersendiri, mereka berusaha untuk memberikan yang terbaik. Persaingan sehat terjadi disini, walaupun tidak jarang terjadi perang cyber (cyber war).

Namun hal ini terjadi dalam lingkungan cracker, kita sebut saja cyber vandals. Mereka saling mengirimkan worm, menginfeksi server-server dan secara terorganisir melakukan serangan Denial of Service dengan berbagai tujuan. Lalu mengapa mereka melakukan hacking ? Ini semua pada dasarnya adalah sebuah rasa ingin tahu, dan keyakinan bahwa kebenaran ada diluar sana ! Tapi sayangnya journalis, wartawan, seperti halnya para 'muggle' dalam Harry Potter, mereka tidak tahu apa-apa dan menganggap semua aktifitas hacker adalah ilegal dan digunakan untuk mencari keuntungan materi. Mereka tidak menyadari semangat, jiwa dan ruh hacking. Semua penuh keingintahuan, dan hacker memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dan sistem dan teknologi untuk ditaklukkan, bukannya sistem yang menaklukkan dan mengendalikan kita


Ada sesuatu dibalik sana. Dan dalam kode etik hacker, semua informasi haruslah bebas. Sejujurnya saya kurang setuju terhadap statement diatas. Saya tetap tidak akan senang jika ada seseorang memasuki wilayah prifasi saya. Kebebasan disini adalah informasi umum. Setiap orang berhak tahu ! Dan setiap penguasa tidak punya hak untuk menutup-nutupinya.

Lalu apakah hacking, hacker dan panggung perhackingan (hacking scene) akan terus berlanjut ? YA ! Tidak ada alasan untuk menghentikan 'pencarian' ini. Terlepas dari baik atau buruk, rasa ingin tahu - yang positif - tidak boleh dikekang. Semuanya akan berjalan sesuai dengan evolusi. Dan pengetahuan akan mengubah umat manusia ! Anda bisa menghentikanku, namun tidak akan bisa menghentikan kami semua !!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beretta ARX-160 assault rifle (Italy)

Ammunition gallery: cartridges for handguns, rifles and machine guns

Enfield SA-80: L85A1 and L85A2 assault rifle, L22 carbine (Great Britain)